Sudah 2,5 tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, akibatnya event otomotif GIIAS di tahun 2020 dibatalkan. Sedangkan di tahun berikutnya, GIIAS 2021 berlangsung pada tanggal 11 hingga 21 November kemarin namun tidak ada karoseri bus yang ikut hadir pada acara berskala internasional tersebut. Diketahui hanya ada 1 bus yang ditampilkan yaitu bodi Tentrem new Avante H7 AB (Aluminium Body) yang dipamerkan pada booth Hino.
Foto by Aufa Ijlal Alifo |
Lain 2021, lain pula 2022. Pada GIIAS 2022 yang diselenggarakan pada 11 hingga 21 Agustus, bus yang dihadirkan semakin banyak dari beberapa karoseri. Namun protokol kesehatan dalam pameran sangat ketat ditegakkan kepada pengunjung. Selain itu, pengunjung yang datang ke GIIAS 2021 harus melengkapi syarat sudah melakukan vaksin sebanyak 2 kali. Bahkan pada GIIAS 2022 persyaratannya meningkat menjadi wajib booster.
Alhasil, GIIAS 2019 menjadi event otomotif terakhir yang bila diingat kembali dapat dinikmati pengunjung dengan pergerakan yang bebas tanpa aturan dan larangan tentang menjaga kesehatan. Sebagaimana rasa rindu akan acara ini, berikut ulasan ulang saat GIIAS diadakan di tahun 2019.
GIIAS yang merupakan singkatan dari Gaikindo Indonesia International Auto Show adalah perhelatan akbar mobil-mobil baru dan konsep yang dipamerkan di Indonesia Convention Exhibition BSD City dari tanggal 18 hingga 28 Juli 2019. Dengan harga tiket Rp 50.000 pada hari biasa dan Rp 100.000 pada hari libur kita bisa menikmati seisi pameran secara lengkap.
Sesuai dengan tema ulasan ini, kita bukan membahas mobil-mobil apa saja yang ada, melainkan bus-bus apa saja yang hadir memeriahkan event otomotif terbesar di Indonesia ini. Berikut bus yang dipamerkan pada GIIAS 2019.
Adiputro, Laksana, dan Tentrem, adalah 3 karoseri besar yang menguasai pasar bus di Indonesia. Ketiga karoseri tersebut juga hadir pada GIIAS 2019. Pertama ke booth karoseri Laksana, disini terdapat 4 bus yang ditampilkan, namun terdapat salah satu bus yang sangat diminati oleh pengunjung yaitu Laksana new Legacy SR2 Suites Class.
SR2 Suites Class merupakan bus yang memiliki konsep paling berbeda diantara bus lainnya pada tahun tersebut. Eksterior bus bersasis Hino RN285 ini terlihat seperti bus double deck, kenyataannya bus ini masih berformat single deck namun penempatan kursinya dibuat bertingkat. Interiornya dikemas menyerupai hotel kapsul, jumlah kursinya terdiri dari 21 tempat duduk yang dibuat rebah dengan kemiringan maksimal 150°. Kini SR2 Suites Class tersebut dimiliki oleh PO Sinar Jaya dan mengoperasikannya di jalur Jakarta - Surabaya PP via Tol Trans Jawa.
Di belakang SR2 Suites Class ada Cityline3 Low Entry. Sebelumnya bus bersasis Volvo B8R-330 LE ini juga pernah hadir pada acara Bus World South East Asia Jakarta bulan Maret 2019. Sesuai namanya, unit yang ditampilkan merupakan bus berlantai rendah yang kebutuhannya digunakan sebagai transportasi umum di dalam perkotaan. Sampai saat ini Cityline3 berwarna hijau pucat metalik ini belum didinaskan dan belum ada kepastian akankah unit ini bakal digunakan sebagai armada Metro Trans milik TransJakarta atau sebagai bus kota milik Suroboyo Bus.
Di samping SR2 Suites Class ada SR2 Double Decker. Berbeda dengan unit yang hadir pada acara Bus World South East Asia Jakarta. yang menggunakan sasis Volvo B11R-430, bus berwarna putih corak dinamika ini menggunakan sasis Scania K410iB. Bus dengan tinggi 4 meter lebih ini telah dioperasikan oleh PO Rosalia Indah dan melayani dinasan rute Tangerang - Solo - Kediri - Blitar PP.
Dan di belakang SR2 Double Decker ada SR2 Transporter. Bus ini merupakan pengembangan dari SR2 HD-R Prime namun kapasitas bagasinya dimaksimalkan kembali sehingga dapat membawa beberapa sepeda motor dalam sekali angkut. Saat ini bus tersebut sudah terjual dan dioperasikan oleh bus pariwisata PO Manhattan, bersamaan dengan unit SR2 Transporter ex Bus World South East Asia Jakarta 2019.
Tepat di depan booth karoseri Laksana, ada booth yang namanya sudah tidak asing bagi dunia perbusan Indonesia, ialah booth karoseri Adiputro. Dimulai dari produk terkecil, terdapat mikro bus yang bernama Jetbus3 Jumbo. Mikro bus bersasis Isuzu NLR71 ini dapat digunakan sebagai mobil travel, shuttle, atau sejenisnya. Karena memiliki kapasitas total sebanyak 17 tempat duduk penumpang. Tidak diketahui saat ini unit tersebut sudah laku terjual kemana.
Di samping Jetbus3 Jumbo, terdapat bus tingkat dengan konsep unik, yaitu Jetbus3+ SDD Voyager. Bus bersasis Mercedes Benz OC500RF 2542 ini berbeda diantara bus tingkat kebanyakan, dikarenakan dek bawah ini dapat membawa sebuah mobil. Mobil yang dipakai pun bukan sejenis mobil keluarga, melainkan sebuah mobil sport beratap rendah. Sedangkan dek atasnya tetap sebagai tempat penumpang namun dibuat semewah mungkin menyerupai omah mlaku. Jetbus3+ SDD Voyager ini akhirnya terjual ke PO Pandawa 87.
Bergeser lagi, kali ini ada Jetbus Big Benz. Medium bus dengan sasis Mercedes Benz OF 917 ini merupakan produk terbaru buatan Adiputro. Sekilas ukurannya seperti mikro bus yang dibuat lebih besar. Kapasitas total bus ini bisa memuat sebanyak 31 tempat duduk penumpang. Saat ini Jetbus Big Benz sudah dibeli dan dioperasikan oleh PO Pandawa 87.
Bus terakhir di booth ini adalah Jetbus3+ SDD. Unit bersasis Scania K410iB ini memiliki tampilan baru pada pilar sampingnya. Di model produksi sebelumnya pilar masih berupa setra patah yang tipis, di model ini berupa setra patah yang tebal nan lebar. Menurut kalangan penggemar bus pilar ini dinamakan selendang geprek. Oiya pilar ini juga ada pada Jetbus Voyager di sebelahnya. Saat ini Jetbus3+ SDD telah dibeli oleh PO Sempati Star, namun unit ini belum dioperasikan dan masih tersimpan di karoseri Adiputro.
Tepat disebelahnya booth karoseri Adiputro, ada booth karoseri Tentrem. Sama seperti 2 booth sebelumnya, di booth karoseri Tentrem juga menampilkan 4 bus. Dimulai dari belakang terdapat unit new Avante H7. Menggunakan sasis Hino RN285, new Avante H7 ini mengusung model bodi HDD. Disebelahnya terdapat unit new Avante H9. Menggunakan sasis Mercedes Benz O500RS 1836, new Avante H9 ini mengusung model bodi SHD.
New Avante H7 dan H9 memiliki arti tersendiri. H7 merupakan bodi HDD yang dimana ketinggian bus ini mencapai 3,7 meter, sedangkan H9 merupakan bodi SHD dengan ketinggian mencapai 3,9 meter. HDD merupakan singkatan dari High Deck Doubleglass, sedangkan SHD merupakan singkatan dari Super High Deck.
Sedikit informasi, diantara varian H7 dan H9 terdapat 1 varian lagi yang dinamakan new Avante H8. Model ini merupakan bodi MHD yang dimana ketinggian bus ini mencapai 3,8 meter. MHD merupakan singkatan dari Middle High Deck karena varian ini lebih tinggi dari HDD tapi lebih pendek dari SHD. Namun varian new Avante H8 ini baru hadir di awal tahun 2020 dengan PO pertama yang memesan adalah PO MTrans asal Bali.
Kembali ke pameran, di depan new Avante H9 terdapat bus yang paling ramai dikunjungi pada booth karoseri Tentrem, bus tersebut tak lain adalah new Avante D2. Unit dengan sasis Scania K410iB ini menjadi bus tingkat pertama buatan karoseri Tentrem. Desain kaca depan yang cembung dan melengkung menyatu dengan kaca samping new Avante D2 membuat tampilannya sekilas menyerupai bus Neoplan Skyliner Double Decker yang ada di benua Eropa.
Di samping new Avante D2 terdapat model lain buatan Tentrem, yaitu new Max HDD bersasis Hino AK8 A215. Max HDD sendiri masuk ke segmen pasar bus kelas menengah yang peruntukannya bisa sebagai bus komuter AKDP ataupun bus instansi tertentu. Keempat bus yang ada di booth karoseri Tentrem ini dibeli oleh PO Harapan Jaya dengan rincian unit Avante dijadikan bus AKAP Jakarta - Surabaya/Malang/Blitar PP, dan unit Max dijadikan bus AKDP AC Tarip Biasa Surabaya - Tulungagung PP.
Diluar dari unit yang disebutkan, ada satu lagi bus yang dipamerkan tidak jauh dari lokasi sebelumnya, ialah mikro bus Jetbus3 Jumbo yang berada di booth Hino. Sama seperti yang ada di booth karoseri Adiputro, Jetbus3 Jumbo ini tidak berbeda jauh dari segi fasilitas. Yang berbeda hanya penggunaan sasisnya memakai Hino Dutro 300 series (110 SDBL).
Unit Jetbus3 Jumbo di booth Hino menjadi bus terakhir pada pembahasan kali ini, semoga bisa mengedukasi dan mengobati kerinduan akan pameran kendaraan baru khususnya bus pada event-event otomotif di Indonesia secara bebas, jauh sebelum pandemi kala itu.